Di bagian bumi yang lain hal seperti ini mungkin penuh resiko, tetapi di sini, kami percaya apa yang kami lakukan adalah suatu titik awal yang wajib dimulai. Pandemi telah mendekap dunia sehingga segala bentuk acara yang berpotensi mengundang kerumunan diberhentikan termasuk sekolah. Kegiatan belajar mengajar dilakukan secara online. Kebijakan sekolah online atau yang santer disebutkan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) menjadi keniscayaan. Kesehatan menjadi prioritas utama.
Pada sisi tertentu, kondisi seperti ini melahirkan sebuah lompatan besar. Berbagai variasi, metode dan inovasi pembelajaran bermunculan. Kita bisa saja sepakat melihat PJJ sebagai model pembelajaran masa depan. Tetapi, kita tidak serta merta menafikan kekurangan dari PJJ. PJJ melahirkan berbagai masalah. Ada hal yang hilang dari dunia pendidikan ketika semuanya beralih ke PJJ. Apa yang hilang? Bukan bahan ajar, bukan berkurangya jam sekolah. Lantas apa yang hilang? Perjumpaan antara siswa-siswi dengan para guru, perjumpaan antara siswa/i dan sebagainya. Perjumpaan wajah sangatlah penting, “Aku adalah guru dan kamu sebagai siswa/i. Pada wajah kita ada karya Tuhan yang tampak.”
Kita bisa bertanya lebih lanjut, bukankah tetap ada perjumpaan? Ada perjumpaan tetapi terbatas pada perjumpaan bersifat “maya” tidak riil dan kongkret. Kita tidak merasakan sebuah lelucon, empati, kesedihan, sukacita dan kegembiraan. Seolah-olah hanya sebuah “ritual” (hal yang dilakukan sekedar sebagai kebiasaan dan asal selesai saja). Pembelajaran semacam ini berbahaya bagi masa depan pendidikan. Kita juga berani menuliskan bahwa kita sudah berusaha maksimal sampai pada batas kemampuan.
Namun kenyataan pahit tersebut akan berakhir. Kami memilih untuk yakin dan optimis. Hal tersebut dimulai dengan Perayan Paskah dan Kartini bersama di unit persekolah SMP Santo Kristoforus I. Perayaan paskah dan peringatan hari lahir R. A. Kartini tahun ini sangat berbeda dari perayaan dua tahun sebelumnya. Keduanya dilakukan secara offline. Berbagai lomba dan acara dirancang untuk mewarnai dua perayaan berahmat tersebut. Perayaan Ekaristi kudus, berbagai lomba seperti aklamasi puisi berkelompok, menghias dan mencari telur paskah, dan fashion show (peragaan busana) terasa membangunkan jiwa kegembiraan dan sukacita besar. Lantunan suara merdu anggota koor (Anggota koor dalam perayaan ini adalah siswa/i kelas VII dan VIII) mendatangkan kekhusyukan perayaan. Para guru dan siswa-siswi kompak menggunakan pakaian adat daerah masing-masing, mempertegas kenyataaan bahwa kita adalah Indonesia, berbhineka dan bersatu.
Perayaan Paskah dan Kartini oflline ini dilakukan dalam kesadaran bahwa kondisinya sudah jauh berbeda dan semakin membaik. Dari berbagai informasi yang dihimpun, grafik kasus harian covid-19 melandai, kasus aktif menurun. Catatannya, tetap memperhatikan protokol kesehatan. Jiwa pelayanan pendidikan kembali cair dan hidup dari bekunya sistem online yang “maya” dan terbatas pada layar kaca.
Spiritualitas Mengosongkan Diri
Perayaan Paskah dan peringatan hari lahir R.A Kartini adalah dua hal yang sangat berbeda. Paskah sebagai perayaan puncak iman Kristiani sedangkan Hari Kartini sebagai perayaan profan, kenegaraan, tentang seorang penoreh jejak emansipasi wanita Indonesia. R.A Kartini bukan seorang Katolik atau Kristen tetapi semangat kepahlawanan, keberaniannya untuk memperjuangkan kesetaraan dan menolak secara tegas ketimpangan sosial layak diteladani. Dua perayaan ini menghadirkan sukacita kebangkitan dan jiwa keberanian serta gerakan progesif dalam diri keluarga besar SMP Santo Kristoforus I. Selain itu, muncul keharusan moral untuk memberikan cahaya terang kesaksian dan inspirasi bagi banyak orang dalam dunia pendidikan.
Dari sudut pandang Paskah makna sudah jelas yakni tentang kebangkitan, peralihan dari cara hidup lama menuju hidup yang baru. Makna paskah tersebut dijelas secara lugas oleh RP. Arnold Ndiwa, CMF dalam khotbahnya. Beliau memaknai paskah dengan semangat mengosongkan diri. Semangat tersebut terinspirasi dari permintaan Yesus sendiri kepada murid-murid-Nya. Dari Perayaan Paskah bersama kita merasa bahwa kita tidak tahu apa-apa dan termotivasi untuk mempelajari sesuatu yang baru. Hal terpenting dalam dunia pendidikan adalah kesadaran bahwa “saya belum mengetahui apa-apa tetapi memiliki rasa ingin tahu karena itu saya siap belajar lebih dalam lagi.” Semangat seperti ini akan membawa suatu energi fiolosofis “Semakin banyak yang saya tahu semakin saya sadar banyak juga yang saya tidak tahu.” Pembelajaran dalam dunia pendidikan adalah tentang keberanian untuk tetap menyalakan api kesadaran mencari tahu hal-hal yang baru.
Kita menyadari bahwa dimasa mendatang ada banyak hal menantang yang menunggu di depan. Sebagaimana kita bisa melewati suatu masa rumpil dan rumit pada waktu yang lalu, kita optimis pada masa yang akan datang kita bisa menjadi sang penakluk. Mari menjadi Kristoforian masa kini yang bangkit, inovatif, bersaksi dan menginspirasi. Kita siap bertolak lebih jauh. Vivat Kristoforus. (Hendrik J/SMP Santo Kristoforus I)