Petrus Laritmas/SMP Santo Kristoforus I

Santo Kristoforus bukan seorang tokoh pendidikan. Dia bukan seorang filsuf. Juga bukan seorang teolog. Dia adalah seorang tokoh spiritual yang dipilih sebagai pelindung persekolahan kita. Kendati bukan seorang tokoh pendidikan, dari kisah hidupnya kita bisa menggali beberapa hal yang dapat digunakan dalam menambah khasanah pengetahuan kita demi perkembangan pendidikan di persekolahan Santo Kristoforus. Hal-hal penting apa sajakah yang bisa kita gali dan terapkan dalam proses pengetahuan dan pendidikan kita? Menurut saya, ada tiga aktivitas menarik dari sejarah pengalaman hidup Santo Kristoforus yang perlu kita kembangkan bersama, yaitu: bertanya, mencari-menemukan, dan menyeberangkan-mencerahkan.

Bertanya

Awal dari pengetahuan adalah bertanya. Bertanya tentang apa saja, baik dari hal-hal yang sederhana sampai hal-hal metafisika yang terada diluar nalar manusia. Dan hal ini sudah diajarkan oleh Santo Kristoforus. Santo Kristoforus memulai perjalanan spiritualnya dengan bertanya. Pertanyaan yang didalami adalah: siapa yang paling kuat di dunia ini? Orang yang terkuat itu yang akan menjadi tuan untuk dilayani oleh Santo Kristoforus. Santo Kristoforus mau membaktikan dirinya untuk melayaninya. Proses pencarian dimulai. Orang kuat pertama yang ditemukan sebagai orang yang kuat adalah raja. Ia memutuskan untuk mengabdi kepada sang raja yang dikelilingi oleh tentara-tentaranya. Tetapi dalam berjalannya waktu, ternyata raja takut terhadap setan. Maka orang kedua yang dipilih Santo Kristoforus untuk dilayani adalah setan. Sayangnya, setan bukanlah orang terkuat di dunia. Mengapa? Karena setan takut ketika melihat  Salib. Santo Kristofogur bertanya: ada apa dengan salib? Ada siapa yang bergantung di salib yang membuat setan begitu ketakutan? Ternyata, Dialah Tuhan Yesus. Santo Kristoforus akhirnya melabuhkan hati dan seluruh jiwanya untuk melayani Yesus.

Dari kisah Santo Kritoforus, kita belajar hal penting bahwa bertanya adalah satu aktivitas yang sangat mendasar dalam hidup manusia. Siapa yang bertanya dialah yang memiliki banyak pengetahuan. Sayangnya masih banyak diantara kita (guru dan siswa) yang belum mempraktekkan ini dengan sungguh-sungguh. Hal ini bisa kita lihat dalam proses pembelajaran di kelas ataupun saat pertemuan. Kelas menjadi sunyi ketika diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan. Banyak diantara kita yang memilih diam dan mengatakan sudah mengerti padahal belum sepenuhnya mengerti. Mengapa ini bisa terjadi? Tentu ada banyak hal yang menjadi penyebabnya. Salah satu diantaranya adalah sejak kecil kita tidak dibiasakan untuk bertanya. Atau ketika kita banyak bertanya, sering disebut “bawel.”

Inilah kenyataan. Tapi kenyataan ini harus diubah. Santo Kristoforus sudah memberikan contoh yang sangat baik untuk kita. Ia bertanya dan selalu bertanya sebelum mendapat jawaban yang pasti dan memuaskan. Menjadi Kristoforian yang suka bertanya adalah sebuah keniscayaan.

Mencari – Menemukan

 Langkah berikut sesudah bertanya adalah mencari. Apa yang dicari? Awalnya, yang dicari oleh Santo Kristoforus adalah orang terkuat di dunia. Dan ternyata, orang terkuat itu adalah Yesus sendiri. Sebelum berjumpa dengan Yesus, Santo Kristoforus melewati proses pencarian yang sangat panjang. Tetapi hal tersebut tidak mematahkan semangatnya. Berdasarkan sejarah hidup Santo Kristoforus, ia pun mengalami kekecewaan. Patah semangat. Tetapi ia terus mencari dan tidak pernah puas. Dalam pencarian ini, sosok yang ditemukan adalah bukan sosok yang biasa tetapi Pribadi yang luar biasa yang bisa mengubah seluruh hidupnya. Santo Kristoforus sudah mencari. Santo Kristoforus sudah menemukannya. Dahaga pencarian Santo Kristoforus terpuaskan karena telah menemukan Sumber Pengetahuan sejati. Dialah Yesus.

Sebagai Kristoforian, kita harus mencontohi sikap dari pelindung persekolahan kita ini. Mari kita mencari. Apa yang harus kita cari? Banyak hal yang bisa kita cari. Banyak media (internet) yang bisa digunakan untuk proses pencarian tersebut. Salah satu caranya adalah dengan membaca. Mari kita budayakan aktivitas membaca di unit masing-masing. Menjadi Kristoforian yang senang membaca harus kita budayakan.

Menyeberangkan – Mencerahkan

 Santo Kristoforus menetapkan langkah konkret setelah ia menemukan Yesus. Ia mau melayani Yesus. Ia siap menyeberangkan banyak orang dari tepi sungai yang satu ke tepi sungai berikutnya. Ia tekun. Ia setia. Ia tidak mengeluh. Ia bertanggung-jawab. Ia bekerja dengan hati dan penuh semangat. Apa yang bisa kita petik?

Sebagai Kristoforian (guru dan murid), kita patut berefleksi dan mencontohi teladan darinya. Keberhasilan para guru di persekolahan Santo Kristoforus bukan terletak pada sudah berapa banyak kita meluluskan putra-putri kita, tetapi lebih pada sudah seberapa banyak murid yang masuk dengan kategori “bodoh, nakal, malas, tidak sopan, kasar” bisa dibimbing dan diluluskan menjadi murid yang pintar, cerdas dan berkarakter. Atau dengan kata lain, sudah berapa murid yang kita “seb’rangkan” dari sungai kebodohan, kenakalan, kemalasan menuju sungai kepintaran, kebaikan, kesopanan? Inilah yang menjadi tantangan sekaligus peluang bagi kita semua, guru maupun murid. Murid berhasil bukan semata mendapat nilai yang bagus tetapi lebih pada bagaimana mereka bisa mengubah dirinya menjadi lebih baik dalam berpikir, berkata dan bertindak.

Akhir kata, mari kita bergandeng tangan, menyatukan hati, pikiran, dan tindakan untuk mengimplementasikan tiga hal yang menjadi warisan sangat berharga dari Santo Kristoforus: bertanya – menggali – mencerahkan sehingga warisan pengetahuan ini tidak ditinggalkan sebagai sebuah retorika belaka tetapi benar-benar diimplementasikan sesuai jenjang pendidikan masing-masing.